Menabung rindu selama hampir 2 tahun tidak pulang kampung karena pembatasan dan adanya larangan mudik. Belum lagi berita simpang siur yang ada pemeriksaan dan test segala macam membuat kebutuhan untuk silaturahim hanya sebuah mimpi dan harapan yang disematkan di antara bintang yang bertebaran saat malam menjelang.
Test yang sudah familiar digunakan untuk mendeteksi adanya virus covid 19 yaitu : rapid test antigen dan swab pcr. Mungkin aku ketinggalan berita karena baru mendengar tentang test GeNose setelah ada kesempatan untuk mudik ke solo. Sekali menyelam minum air nih. Pertama jadi tau apa itu GeNose dan bisa mudik hihi.
Aku pun mencari tau apa sih test GeNose itu ? Apa bedanya dengan yang lain ? Bagaimana tingkat keakuratan nya?
Ternyata GeNose ini asli temuan anak Indonesia bro .. Masya Allah bangga dong ya .. sudah pasti.
GeNose C19 merupakan alat skrining Covid-19 karya Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. GeNose C19 versi screening atau GeNose C19-S merupakan alat skrining cepat infeksi virus SARS-CoV2 melalui hembusan napas pasien COVID-19.
Setidaknya dibutuhkan waktu kurang dari 3 menit hasil untuk dapat mengetahui hasil tes positif atau negative Covid19.
Mengutip situs ditpui.ugm, cara kerja alat ini meniru cara kerja hidung manusia dengan memanfaatkan sistem penginderaan (larik sensor gas) dan kecerdasan buatan (Artificial intelligence) dalam membedakan pola senyawa yang dideteksi.
GeNose C19 secara resmi telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 24 Desember 2020 dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 dengan kategori kelompok Elektromedik Non Radiasi/B.
Calon penumpang kereta api menjalani layanan deteksi Covid-19 dengan metode GeNose C19 (Gajah Mada Electric Nose Covid-19) di Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (15/2/2021). PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai menerapkan tes GeNose C19 bagi calon penumpang di Stasiun Bandung dengan tarif Rp 20.000, sebagai salah satu syarat perjalanan kereta api jarak jauh untuk mengantisipasi terjadi kerumunan kepadatan pelayanan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Tribun Jabar/Gani Kurniawan (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)
Dalam keterangan yang dimuat di situs UGM, dijelaskan GeNose C19 memiliki tingkat akurasi sebesar 93-95% dengan tingkat sensitivitas 89-92%, spesifisitas 95-96%, dengan positive predictive value (PPV) 87-88% dan negative predictive value (NPV) 97%.
Nilai sensitifitas, spesifisitas, PPV dan NPV diperoleh melalui uji klinis / diagnostik 3 tahap yang melibatkan subyek dari rawat inap (tahap 1), rawat jalan (tahap 2; pasien terduga COVID-19 dan kontak erat) dan skrining bebas (tahap 3: pasien tanpa gejala) dengan dibandingkan langsung terhadap pemeriksaan tes swab berbasis RT-PCR.
GeNose C19 mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV2 penyebab COVID-19 secara tidak langsung / indirect dengan mendeteksi perubahan pola aroma gas napas (breath print) akibat interaksi metabolisme antara sel-sel tubuh dengani virus SARS-CoV2.
(Sumber dari Tribunnews)
Untuk menggunakan moda transportasi kereta api memang disyaratkan untuk test bebas covid 19. Karena tiketku Minggu pukul 20:00 jadi disarankan sehari sebelum keberangkatan untuk melakukan test supaya tidak terjadi penumpukan antrian.
Minggu pagi aku, suami dan anak pun menuju stasiun Gambir untuk test GeNose. Sebelumnya kami mencetak tiket terlebih dahulu. Kemudian menuju ke tempat test GeNose dan rapid antigen di area parkir Utara. O iya disarankan juga untuk yang akan test GeNose tidak makan dan tidak merokok. Untuk air putih boleh diminum 30 hari sebelum pelaksanaan test.
Ternyata yang antri hanya beberapa orang saja. Kami mengambil nomer antrian lalu menuju tempat regristasi untuk test GeNose atau rapid antigen.
Dengan menunjukkan tiket dan membayar Rp 30.000,00 per orang kami mendapat kantong yang masih terbungkus kemasan plastik. Kemudian kami menuju ke tempat pengambilan sampel. Di ruang tunggu ada televisi yang menjelaskan cara-cara nya.
Kami melihat ada beberapa bilik atau loket yang disekat dan setiap bilik ada petugas yang berjaga. Kami juga diarahkan oleh petugas nya jika belum paham.
Setelah suami, aku pun ke salah satu bilik pengambilan sampel lalu petugasnya memberikan arahan untuk membuka kemasan.
Aku pun membuka kemasan dan cek nama sudah benar. Lalu buka kantong dan ada katup dengan penutup warna biru. Caranya : siapkan kantong, geser penutup warna biru sampai lubang terbuka kemudian tarik nafas dan hembuskan ke dalam kantong melalui katup sampai kantong penuh lalu tutup dan serahkan ke petugas. Jika belum penuh maka diulang lagi sampai kantong penuh. Selesai dah.
Menunggu hasil kami antri karena komputer untuk mencetak hasilnya hanya ada satu buah. Setelah giliran kami, suami yang memasukkan kode barcode nya lalu mencetak hasil. Alhamdulillah hasilnya Negatif.
Begitulah pengalamanku saat test GeNose meskipun awalnya dag dig dug hihi.