Baju Baru Lebaran
"Maafkan Ibu ya Nak, karena mendekati lebaran tapi baju yang kamu mau belum bisa terbeli."
"Ibu, kan aku tidak berharap pakai baju baru di lebaran ini. Ayah yang terkena imbas pandemi membuatku tahu Bu kalau kondisi keuangan kita lagi belum stabil. Sudah jangan Ibu pikirkan."
Ibu memeluk anak semata wayangnya. Ya Allah anakku meskipun baru 7 tahun tapi pemikirannya sangat dewasa.
Oh anakku maafkan kami, orangtuamu. Saat Lebaran baru sekali membelikanmu baju selebihnya dibelikan oleh om dan tantemu.
Ibu memang mendidikmu untuk tidak harus mempunyai baju baru saat lebaran karena yang penting adalah jiwa kita dan baju masih layak pakai dan bersih.
Astaghfirullah.. maafkan kami anakku. Ibu tidak akan berjanji apapun. Kita minta sama Allah ya nak, kuelus rambut anakku yang sedang tidur nyenyak.
Banyak orang bilang kalau beli baju baru untuk lebaran artinya jadi lebaran. Padahal bukan baju yang menjadi ukuran diterimanya amalan kita.
Dulu waktu aku kecil pernah dua kali tidak dibelikan baju baru. Ada rasa sedih tapi juga menyadari keadaan orang tua. Alhamdulillah. Meskipun untuk merasakan lezatnya kue nastar harus ke rumah tetangga yang orang kaya di kampungku. Bahkan bisa punya biskuit Khong Guan dan sirup ABC di rumah itu sudah mewah buatku.
Tapi bapak dan ibu selalu berusaha membelikan anak-anaknya baju baru. Bahkan sampai aku kuliah. Lalu bagaimana sekarang dengan anakku? Airmata tidak bisa kubendung. Ya Allah..
Keesokan harinya.
"Paket" Ibu melongok ke jendela.
"Iya Pak!" Teriak Ibu supaya kurir itu mendengar suara Ibu.
Setelah menerima paket itu aku ke dalam. Tidak ada nama pengirim hanya nama Toko saja.
Paket aku buku daan isinya Masya Allah, aku sujud syukur. Ya Allah ini baju yang diimpikan anakku. Koko dengan bordir yang manis dan ada tulisan Danish sebagai merk dagangnya.
Aku buka secarik kertas didalam plastik yang berisi Koko tersebut.
"Bu, ini Koko buat putra ibu yang ukurannya tidak beda jauh dengan putra saya.
Saya yang pernah ibu tolong tahun lalu. Waktu itu Saya kecopetan dan Ibu memberikan baju Koko yang ibu beli karena uang yang dicopet itu hasil menabung selama 1 tahun.
Alhamdulillah keadaan saya sekarang sudah lebih dari cukup dibanding tahun lalu. Kemudian saya berusaha mencari Ibu dengan sering ke pasar itu ternyata Allah kabulkan.
Saya ikuti Ibu jadi bisa tahu alamat ini.
Maaf ya Bu, karena Saya baru bisa mengirim paket saja. InsyaAllah lebaran hari kedua saya dan keluarga ingin bersilaturahim ke rumah Ibu.
O iya di dalam Koko ini ada amplop meskipun isinya tidak seberapa semoga bisa untuk modal usaha Ibu.
Sekali lagi Saya minta maaf dan semoga Ibu berkenan menerimanya. Rizki ini dari Allah Bu bukan dari Saya.
Hormat Saya,
Narsih
Aku menangis seketika membaca surat itu. Ya Allah.. hanya nama-Nya yang sanggup kusebut. Engkau tidak tidur.. Alhamdulillah
Semoga Allah memberikan keberkahan kepada Bu Narsih dan keluarga aamiin
Ibu bergegas menemui anaknya yang lagi membuat selongsong ketupat dengan ayahnya di halaman belakang.
"Nak, ini dari Allah nak," ibu menyerahkan Koko itu sambil memeluk putranya.
"Ibu, ini Koko yang aku pengen. Ibu beli?"
"Tidak Nak." Ibu pun bercerita kepada anak dan suaminya.
"Masya Allah. Alhamdulillah. Pertolongan Allah akan datang di saat yang tepat." Kata Ayah.
"Nak, selalulah berbuat baik tanpa pamrih dan minta apapun sama Allah selalu libatkan Allah," pesan ayah ke putranya.
Mereka pun bertakbir menyebut asmanya..
La, 23:10
0 komentar