Pacaran Halal dengan Kekasih yang Halal
Dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran. What? Pasti pada bertanya-tanya Lalau bagaimama cara mengenal pasangan? Apa dijodohkan seperti di jaman Siti Nurbaya? Menikah kan sekali seumur hidup masa kita tidak ada masa penjajakan? Bagaimana dengan cinta?
Berbagai pertanyaan itu juga yang pernah hinggap di pkiranku. Kemudian aku pelajari lagi pacaran seperti apa yang diperbolehkan dalam Islam ternyata pacaran setelah menikah itulah yang terbaik. Tidak ada mudharatnya, tidak takut digerebek hansip hihi dan tidak terkena jam malam (hayo ngaku ada tidak nih yang pernah kena hukuman jam malam?).
Taaruf itulah yang waktu itu merupakan istilah yang asing bagiku saat temanku memutuskan untuk menikah sedangkan dia baru dua Minggu sebelumnya bertemu dengan calon suaminya yang seorang guru. Aku pun mencari tahu apa sebenarnya taaruf dan bagaimana pelaksanaanya yang benar tanpa terkesan seperti perjodohan di jaman Siti Nurbaya.
Pengertian Taaruf :
Taaruf berasal dari kata ta'arafa - yata'arafu. Artinya saling mengenal sebelum menuju jenjang pernikahan. Taaruf dalam Islam sebagian juga mengartikan sebagai perkenalan. (Kumparan.com)
Cara Melakukan taaruf :
Berikut ini cara melakukan taaruf yang benar menurut Islam.
1. Niat karena Allah
Sebelum melakukan taaruf kita harus niat karena Allah dan ikhlas untuk mencari ridho-Nya. Niat menikah tidak untuk mempermainkan ataupun karena harta. Niatlah untuk menyempurnakan ibadah dan mencari pasangan hidup yang tidak hanya untuk dunia tetapi juga akhirat.
2. Tidak Bertentangan dengan Pergaulan Secara Islam.
Saat taaruf sebaiknya tidak dilakukan hanya berdua tapi ada kerabat yang mendampingi pihak laki-laki maupun pihak perempuan supaya tidak menimbulkan fitnah dan bisa menjaga pandangan, tidak bersentuhan fisik dan menjaga aurat masing-masing.
3. Menerima atau Menolak dengan Cara yang Baik
Saat taaruf inilah kedua pihak bisa mengenal ataupun menanyakan mengenai visi, misi, tujuan menikah dan bagaimana sifat dan karakternya. Jika di rasa kurang maka masing-masing pihak boleh menanyakan ke orang-orang terdekatnya yang netral dan tidak memihak. Hal ini dilakukan supaya kedua pasangan benar-benar mengetahui calon pasangannya. Lalu minta petunjuk sama Allah melalui salat istikharah Jika memang dirasa kurang berkenan dan tidak ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih lagi maka harus dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menyakiti. Jika berkenan maka bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan.
Jika menginginkan calon yang baik dan diridhai Allah SWT sebaiknya kita memantaskan diri dengan memperbaiki diri sendiri dulu. Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula.
Bagaimana dengan cinta
Pertanyaan itu pun aku ajukan ke temanku jawabannya kurang dari 5 % saja. Kemudian ada satu lagi teman yang memberikan undangan pernikahan yang ternyata dia juga cuma sekali bertemu sedangkan yang kukenal temanku ini punya prinsip yang tidak sembarangan dalam mencari pasangan hidup.
Aku pun menanyakan bagaimana dia mengenal calon suaminya yang kurang lebih sama dengan aturan yang sudah disebutkan di atas. Untuk cinta kata dia hanya 2%.
Apa yang membuat kedua temanku ini berani mengambil keputusan untuk menikah sedangkan cinta mereka kepada pasangannya di bawah 5% saja?
Jawabannya adalah cinta karena Allah yang lebih besar. Niat karena mencari ridho-Nya dan yakin bahwa cinta yang halal adalah cinta yang hadir setelah menikah. Pacaran halal dengan kekasih yang halal.
Kekasih halalku
Allah ternyata juga mempertemukan aku dengan calon suamiku lewat taaruf. Kami dikenalkan saudaranya yang merupakan teman kantorku. Sekali bertemu dan selebihnya bertukar informasi melalui gawai.
Bismillahirrahmanirrahim kuputuskan menerima lamarannya. Cinta hanya 5% itu yang kurasa waktu itu. Kenapa aku yakin? Aku salat istikharah minta petunjuk sama Allah. Jika memang dia jodohku semoga Allah satukan kami dalam ikatan pernikahan tetapi kalau bukan jodohku maka jauhkan dan beri pasangan yang terbaik untuk kami. Baru selesai berdoa, tiba-tiba gawaiku ada SMS isinya : jangan lupa salat ya. Sebuah pesan yang pendek tetapi sanggup membuatku menangis dan bertakbir menyebut nama-Nya.
Aku pun tidak tahu mengapa aku merasa yakin dia lah jodohku. Sehingga akupun bersedia menikah dengannya.
Semua terasa baru bagiku. Karena memang aku menjaga semuanya hanya untuk suamiku. Memang benar lebih indah pacaran setelah menikah, lebih tenang terlebih lagi semua yang dilarang saat bergaul antar lawan jenis setelah menikah itu semua dihalalkan.
Lucunya waktu itu aku juga minta suamiku apel di malam minggu dan berkirim surat. Suamiku juga Alhamdulillah berkenan melakukannya jadi untuk variasi dan mengenal lebih jauh karakter dan sifat kami.
Jika semua dilakukan karena Allah memang lebih indah dan Alhamdulillah cinta memang datang dengan lebih indah mungkin bukan cinta tetapi sayang. Menurut suamiku : "Cinta bisa hilang dan pudar tetapi kalau sayang tidak akan pernah lekang oleh waktu."
Indahnya pacaran halal dengan kekasih yang halal. Masya Allah tabarokallah.
******
Biodata Penulis :
Agung Handayani yang biasa dipanggil Agung atau Hani, seorang ibu rumah tangga yang mempunyai aktivitas menulis, membersamai dan mendidik anak, admin wag @ibuhebatku.id, koordinator keluarga Binar, anggota KLIP dan KMO, mahasiswi Ibu Profesional. Karya yang sudah dihasilkan dalam bidang penulisan yaitu tiga buku antologi (Foto Terindah, Home Sweet Home, dan Kelana Maaf). Instagram @hanie.agung, Facebook : hanie agung ahha, blog : hanieagung.blogspot.com
0 komentar