Bella's story
Buka Facebook lalu menemukan story' seorang sahabat. Kusempatkan untuk membacanya yang ternyata kisah yang dia tuliskan pernah dan sering makan kualami.
Mungkin juga sebagian besar orang juga mengalaminya entah itu dia rasakan ataukah langsung bodo amat dan tidak mau ambil pusing.
Cerita mengenai kisah tidak dianggap, disepelekan, dilupakan sudah jadi makananku sehari-hari. Yap tidak hanya dilingkungan pertemanan, persahabatan bahkan persaudaraan.
Sebut saja namaku Bella. Aku memang punya beberapa kisah yang seperti dikisahkan oleh sahabatku.
Pertama ketika aku berada di lingkungan karier alias dunia kerja. Persahabatanpun tercipta diantara aku dan teman sejawat baik itu dalam satu divisi maupun berbeda departemen.
Aku juga dekat dengan beberapa diantaranya dan sering kami mencurahkan isi hati jika salah satu dari kami sedang ada masalah ataupun saling berbagi dan meledek serta becanda.
Ke mall, makan siang, bahkan ke pasar pun pernah kami janjian hihi.
Baru kusadar atau mungkin aku yang terlalu lebay atau baperan, saat aku sudah pindah rumah dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga saja alias berhenti bekerja.
Aku dan teman-teman masih sering bertukar informasi, becanda secara online maupun mencurahkan isi hati. Kadang kami pun mengadakan acara seperti buka puasa bersama ataupun sekedar bermain bersama dirumah salah satu teman.
Jika dibanding yang lain memang kondisiku kurang bagi mereka. Rumah masih berstatus kontrakan petakan dan aktif menggunakan AC alam serta jasa kipas angin.
Memang pernah sekali mereka main tetapi tidak mau lama dan hanya sekedar mampir. Aku tidak berpikir macam-macam dan bersyukur mereka mampir.
Semuanya mulai berubah atau mungkin hanya perasaanku saja. Bisa jadi juga mereka juga berpikir akulah yang berubah. Entahlah.
Sering kuluangkan waktu dan mendahulukan para sahabatku bahkan dibanding dengan keluargaku. Memang aku tidak menuntut balik mereka bersikap yang sama tetapi perlakuan berbeda itu mulai kurasakan.
Ketika aku pindah rumah mengikuti suami yang pindah pekerjaan yang meskipun masih dalam satu wilayah tetapi teman-teman mengatakan rumahku jauh dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan aku pernah bela-belain main ke rumah mereka.
Kemudian suatu hari aku melihat story' wa temanku sekaligus sahabatku. Aku pun marah kepada diriku sendiri. Kecewa dan sedih itulah yang kurasakan saat itu.
Kerumahku yang masih satu wilayah saja dibilang jauh tetapi ketika mereka ke rumah teman yang jaraknya lebih jauh saja dijabanin.
Aku sedih.
Kumenangis.
Berjuta pertanyaan menggelanyut tanpa pernah bisa kulontarkan.
Bela kau bodoh itu saja yang bisa kuteriakkan.
0 komentar