Kegundahan Bella part 2

 Mengapa harus takut dengan penilaian orang? Mengapa menggunakan standar orang lain untuk menentukan kebahagiaan?

Yap pertanyaan itu yang bergelayut di benak Bela. Banyak orang yang menganggapnya masih kecil dan tidak akan mampu diberi tanggung jawab yang besar. 

Lalu kapan aku dewasa jika seperti ini, batin Bela masgul. Setiap hal yang akan dia lakukan memang dia cenderung bicarakan dengan keluarga atau saudara alias mufakat yang dia tuju bukanlah ingin pamer ataupun alasan lain.

Hanya ingin menghargai pendapat orang lain dan supaya mereka merasa didengar dan dianggap ada. Akan tetapi yang tidak habis pikir Bela mengapa itu malah menjadi bumerang buatnya.

Bahkan ketika dia sudah menikahpun masih disetir orang lain yang menganggap hal itu adalah benar tanpa mengindahkan perasaan dan kemauan Bela yang mungkin mempunyai rencana dan perhitungan lain.

Semua berubah terasa sejak mertuanya meninggal dunia. Bela merasakan itu tetapi lebay kata suaminya dan Bela terlalu terbawa perasaan. 

Bela hanya bisa berserah diri kepada pemilik dirinya. Allah tidak tidur. Allah sebaik-baik pemilik rencana. Cewek cantik itu menyadarinya tetapi orang lain belum tentu sadar akan hal tersebut.

Ikut mengatur dengan embel-embel lebih kaya pengalaman dan makan asam garam kehidupan tanpa mengindahkan bahwa Bela punya pendapat, rencana maupun tujuan hidup.

Bela sebenarnya sudah punya plan yang sudah siap susun, agenda yang sudah dia buat jadwal kegiatan tetapi semua itu dianggap nothing dan hanya menjadi bahan obrolan orang lain.

Sakit tidak berdarah yang lebih susah untuk sembuh memang meskipun sudah berusaha mencari obatnya. 

Jika plan salah satu berhasil maka akan mengatakan ke banyak orang karena saya, Bela jadi a, b, c padahal gadis berjilbab itu mungkin masih tahap menyusun.

Ah.. entahlah..

Meskipun sudah berulang kali dibilang kalau Bela mampir akan tetapi mereka tidak mengindahkan. 

Menganggap Bela masih anak kecil yang butuh terlindungi meskipun bela tidak merasakan itu..

Semua akan membanggakan diri kalau dialah yang berjasa. Ah lagi-lagi Bela menarik nafas panjang.  Mengapa haus akan sanjung dan puji? 

0 komentar