Kegundahan Bella

 Hujan mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya disambut dengan goyangan pohon meliuk mengikuti angin. Gluduk menggelegar ikut memamerkan suaranya yang menakutkan. Begitupun kilatan petir seperti cahaya listrik jutaan Watt yang menerangi langit yang setia dalam kegelapan di bulan Januari yang terkenal dengan sebutan hujan sehari-hari 

Bela, istriku yang cantik itu sedang berdiri memunggungiku. Entah sudah berapa lama dia diam sejak tahu gosip buruk tentangnya dari sepupunya yang tadi datang berkunjung.

Suara Guntur kembali menggelegar mengagetkan perempuan yang menemaniku selama sepuluh tahun sejak kutawarkan janji suci kepadanya. 

"Mas, aku terlalu bodoh, mudah sekali percaya sama orang." Tiba-tiba Bela membuka suara.

"Lalu apa keputusanmu Dik?" Tanyaku.

Bela tidak menjawab. Diam. Kumelihat butiran bening jatuh dari netranya yang indah. Ah, airmata itu terlalu sayang untuk kamu keluarkan hanya karena masalah ini, batinku.

 Kubergerak mendekatinya kemudian memeluknya hangat. Bela pun menangis. Kubiarkan istriku meluapkan emosinya melalui airmata. Mungkin ini akan membuat dia lebih tenang nantinya.

Memang masalah ini bagi orang lain hal yang biasa atau bahan bercanda tetapi tidak segampang itu bagi seorang Bela Pertiwi istriku yang selalu berjilbab syar'i.

Setelah puas dia menangis, kulepas pelukanku dan kuambilkan segelas air putih. Bela menerima kemudian meminumnya.

"Terimakasih, Mas." 

"Yaa. Dik, bagaimana perasaanmu sekarang ?"

"Alhamdulillah sudah agak lega. Mas, mengapa begitu buruk penilaian mereka terhadapku? Kurang apa aku sama mereka?"

"Dik, ingatlah jika orang memujimu itu karena Allah menutupi aibmu. Mungkin saat itu membuatmu sombong atau takabur sehingga Allah menyentilmu saat ini." 

Istriku yang cantik itu diam saja.

"Kamu berbuat baik kepada siapapun ingatlah niatkan karena Allah bukan untuk mendapat sanjungan dan pujian dari orang lain. Orang yang menyukaimu ataupun membencimu bahkan yang membicarakanmu dibelakang jadikanlah itu sebagai pengingat untuk selalu bersyukur sama Allah. Alhamdulillah kamu dibicarakan artinya nereka perduli dengan cara mereka. Alhamdulillah dosamu berkurang." Lanjutkan panjang lebar.

"Bener juga ya Mas. Percaya hanya kepada Allah dan selalu melibatkan-Nya dalam setiap tindakan dan rencana." 

"Betul dik."

"Saudara kita itu bicara tentang apa soal dirimu, Dik?" Tanyaku penasaran dari tadi. 

"Sudahlah mas, kalau aku bilang artinya aku menambah dosa dong hihi gibah bersama suami. Aduh bisa jadi viral nih haha." 

Kulega melihat wajah cantik itu kembali ceria meskipun rasa penasaran masih bergelayut dalam pikiranku.




0 komentar