Pertanyaan Anakku
Saat membaca buku pun tiba. Anakku minta dibacakan dari aplikasi let's read Indonesia. Dia perhatikan juga gambar selain mendengarkan apa yang kubacakan.
Saat gambar menunjukkan seorang anak duduk di kursi roda sedangkan anak-anak lainnya duduk di kursi menghadap meja yang penuh dengan makanan. Anakku pun bertanya :
1. Mengapa dia tidak duduk di kursi ?
2. Apa dia sakit?
Awalnya aku bingung mau memberikan penjelasan yang sesuai dengan usianya dan ingin menumbuhkan sikap empati dari anakku.
Kucari referensi dari beberapa sumber di google sampai kutemukan jawaban yang membuat anakku paham.
Pertama aku bilang kalau anak dalam gambar itu sedang sakit. Kemudian kujelaskan mengenai sakitnya saat anakku tanya sakit apa si anak tersebut. Ternyata memang harus memberikan jawaban yang kongkrit alias yang benar.
Berikut ini penjelasan yang kuberikan kepada anakku. :
Anak dalam gambar itu duduk di kursi roda kemungkinan bisa karena sakit atau merupakan penyandang difabel. Anakku tanya dong apa itu artinya? Jadi aku siap dengan jawaban.
Kukutip dari Klik Dokter yang ditulis oleh dr Nitish Basant Adnani BMedSc MSc mengenai perbedaan difabel dan difabelitas yang perlu diketahui, mengenai istilah difabel yaitu
Istilah difabel diciptakan oleh Mansour Fakih, seorang aktivis sosial di Indonesia. Istilah difabel ini mulai dipopulerkan pada pertengahan 1990 saat ia mulai berpikir bahwa istilah cacat, kelainan, dan disabilitas sudah tidak sesuai.
Sedangkan menurut Desi Deniyanti yang tertuang dalam tulisannya di SehaQ.com pengertian difabel adalah :
Secara umum istilah difabel merupakan bentuk yang lebih halus dan sopan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel merupakan kondisi seseorang yang bermasalah dengan struktur atau organ tubuh seperti, kecacatan yang mengakibatkan adanya batasan fungsional yang berkaitan dengan aktivitas penderitanya. Difabel juga lebih mengacu pada keterbatasan peran dalam kehidupan sehari-harinya di dalam masyarakat.
Kemudian kujelaskan dengan lebih mudah dipahami oleh anakku di usianya yang 6 tahun dan sangat kritis.
Misalnya ada temannya yang tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, kakinya sakit sehingga tidak dapat berjalan.
Selain itu, kutumbuhkan juga rasa empatinya jika ada temannya yang difabel. Tidak menjauhi dan mengajak berteman.
Kujelaskan juga bahwa meskipun penyandang difabel ada keterbatasan tetapi mereka dapat berhasil seperti misalnya jadi pelari, penyanyi, bahkan berprestasi dalam dunia pendidikan.
Meskipun anakku sudah tidak bertanya lagi tapi aku tetap menyiapkan beberapa referensi lagi untuk dibaca supaya dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan anakku mengenai difabel. (AH)
0 komentar