Mengambil Peran

Saat sesi refleksi atau teripang edisi Sabtu, 28 Mei 2022 aku dibuat tertampar bolak balik ketika Widya Iswara yaitu mba Endang P menyatakan bahwa intinya dalam dulu. Keluarga dulu. Baru keluarlah.

Matrikulasi ini meskipun baru memasuki zona kedua misi keempat tetapi sudah membuatku merasa kok aku begini lho ternyata begitu. Yap mengenai diri. Termasuk review teripang kemarin.

Bahasan mengenai core values yaitu belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak membuat kita benar-benar dibuat terbuka. Seperti apa aku. Bagaimana aku. 

Tidak ada peran yang kecil karena suatu peran tidak lengkap dan tidak sempurna tanpa peran-peran kecil tersebut. Contoh : ketika suatu hajatan tidak mungkin semua di bagian memasak misalnya atau dibagian penerima tamu. Ada yang mungkin berperan tapi tidak terlihat dan tidak dianggap bahkan mungkin dianggap remeh yaitu mengambil sampah yang berserakan, mengambil piring kotor, membuang bekas air mineral di tempatnya.

Bayangkan jika tidak ada yang mengambil piring maka tempat hajatan itu akan banyak piring yang mungkin diletakkan dengan asal saja oleh tamu. Pun bagian mengambil sampah. 

Jadi tidak usah minder. Ragu. Percaya dirilah. 

Misalnya saat kumpul keluarga mungkin yang lain pintar memasak mendapat bagian memasak ya jangan memaksakan diri jika memang ada bagian lain yang bisa dikerjakan misal bagian menyapu, membersihkan meja, bercerita supaya anak-anaknya tidak bosan dan tidak ke gawai saja.

Ambil peran dan percaya bahwa itu yang bisa dibagi. 

Tanyakan pada diri, jujurlah bahkan jika hendak meneteskan airmata ya menangiskah. Untuk apa sebenarnya kita dilahirkan ? Untuk apa kita hidup?  Bahagiakah aku? Bahagiakan suami dan anakku. 

Mengapa itu perlu ditanyakan ?

Untuk apa kita belajar , mengambil peran jika membuat kita tidak bahagia, tidak bertambah apapun, berantakan di manajemen waktu dan gadget, keluarga tidak bahagia?

Dibutuhkan kejujuran pada diri sendiri untuk menjawabnya. 

Core values memang perlu di cerna, dihafalkan dan yang terpenting dijiwai supaya kita ingat bahwa setiap yang kita lakukan itu benar, baik, bagus dan bermanfaat ataukah tidak.

Menanyakan kembali kepada diri untuk apa melakukan semua ini. Memang kita perlu keluar dari zona nyaman, perlu produktif karena kebutuhan yang semakin memerlukan tambahan, mendobrak tembok keminderan. Lihat ke anak dan suami. Bagaimana mereka ?

Apakah anak pertumbuhannya bagus? Apakah anak bahagia? Apakah kebutuhannya terpenuhi? Yang terpenting bagaimana emosimu saat menghadapi anakmu? 

Astaghfirullah. Banyak merasa bersalah kepada anak. Kadang terpikir salah ga sih aku berperan dan berkomunitas? Kebanyakan ga sih? 

Ya Allah. Ingin produktif tapi tidak mau anak menjadi korban ketidaksabaran dan emosi yang ada saat capek. 

Memang harus jujur pada diri. Tidak minder. Berperan dengan bahagia berdampak untuk anak dan suami yang membahagiakan mereka walaupun harus tetap Produktif juga. 

Ambil peran dengan menanyakan dalam diri dan libatkan Allah serta tanyakan pada suami dan anak jika ingin berperan di luar rumah. 



0 komentar