Tiga Dosa Besar Pendidikan

Siang hari ini ada pelatihan ibu penggerak dimana narasumbernya adalah Kak Enlityosari Singgih dan diriku bertindak sebagai moderator.

Pukul 12:45 beberapa peserta pelatihan sudah memasuki ruangan zoom. Batch 5 ini memang luar biasa antusias dan semangatnya patut diacungi dua jempol. 

Pukul 13:00 Mba Novie selaku operator menayangkan beberapa video yang berkaitan dengan materi sesi keempat ini yaitu Tiga Dosa Besar Pendidikan. 

Setelah peserta mencapai 50 akhirmya kubuka dengan salam dan menyapa beberapa peserta yang berasal dari berbagai wilayah di tanah air.  Kuperkenalkan diri dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada sidina community, para peserta, narasumber dan juga media partner yang sudah mensupport kegiatan pelatihan yang juga di fasilitasi oleh Kemendikbud Ristek Republik Indonesia.

Kemudian kuajak para peserta untuk yel yel yaitu : Ibu Penggerak, saya siap, kamu siap dan kita siap. 

Semangat yang luar biasa menggelora dalam jiwa para peserta pelatihan ibu penggerak batch 5. Pembelajar sejati.

Kupersilakan Kak Sari untuk menyampaikan dan memaparkan materinya.

Awalnya Kak Sari share screen mengenai 3 gambar yang harus ditebak oleh peserta dimana jawabannya adalah intoleransi, perundungan, pelecehan seksual, sesuai dengan materi yang akan di paparkan siang ini.

Slide demi slide Kak Sari paparkan dengan santai dan jelas disertai beberapa contoh yang akrab dengan para peserta. Kemudian beliau juga mempersilakan para peserta untuk sharing maupun mengungkapkan pendapat bahkan ada yang bercerira mengenai bully yang pernah dia alami hingga membuatnya menderita bipolar. Alhamdulillah nya si ibu ini bisa bangkit dan menunjukkan prestasi yang luar biasa, berdamai dengan masa lalu, memaafkan yang membullynya dengan jalan menerima mereka sebagai pegawai di perusahaannya.

Masya Allah. Menganak sungai mata ini mendengar cerita beliau dan kebangkitan dari keterpurukannya.

Sesi tiga dosa besar pendidikan memang favorit bagi para peserta pelatihan ibu penggerak karena dapat menjadi ajang untuk mencurahkan perasaan, berbagi pengalamam, mengeluatkan segala rasa yang terasa sakit tanpa luka dan darah.

Pun demikian pula dengan kisah seorang ibu dimana beliau juga pernah menerima perlakuan yang diskriminasi tanpa bisa mengadu karena dianggap hanya bercanda. 

Beda tipis memang bercanda dengan bullying ini. Jika dimasukkan hati dianggap baper lalu bilang hanya bercanda. Yap bercanda bagi si pelaku tetapi berakibat yang traumatis bagi si penerima bully.

Memberikan kesadaran kepada anak supaya tidak melakukan hal yang seripa. Stop semua tindakan yang merupakan dosa besar yang menodai dunia pendidikan. Bahkan orang tua juga perlu menjaga ucapan dan tindakan yang kadang secara tidak sadar memberikan luka batin dan membully anak secara tidak sengaja.

Pelatihan pun ditutup setelah jarum jam menunjukkan pukul 15:00. Closing statement dari Kak Sari sungguh membuat diri ini merasa perlu untuk meneteskan airmata keharuan saat mengucapkan : hai terimakasih agung handayani, kamu hebat, kamu kuat, ku wanita, ibu dan istri yang baik. Lalu pelukan menghangat dalam setiap sanubari.

Terimakasih pun kuharurkan dan salam penutup mengakhir pelatihan ibu Penggerak batch 5 di sesi keempat ini. Alhamdulillah ❤️





0 komentar