Merdeka yang Tidak Bebas


Siang hari di saat matahari bersinar dengan garangnya, kulangkahkan kaki menuju taman sekolah dimana sudah banyak ibu ibu teman sekolah anakku berkumpul, menunggu saat anak anak pulang sekolah.

Sambil menikmati rujak tanpa sambal sungguh terasa asamnya mangga yang masih terlihat berwarna kuning muda diselingi gelak tawa dan obrolan ringan hingga keluhan.

“Sebel aku! Anakku sekarang pada ngeluh pelajaran susah.” Keluh seorang ibu berbaju kuning yang biasa dipanggil Enyak.

“Sama ih. Mana buku paketnya tebal dan anak harus memahami. Udah aku ngurusin adiknya dua orang, pekerjaan rumah banyak eh ditambah lagi ditanya pelajaran yang aku aja susah memahami. Kelas 1 saja sesusah ini. Mending kukasih hp tak suruh tanya di google.’ cerita Bu Karim yang sedang menggendong anaknya yang masih bayi.

“Iya nih kurikulum merdeka katanya enak, anak naik kelas meski tidak bisa juga, untuk apa susah-susah belajar kalau dijamin naik kelas. Enak dulu ya anak-anak pinter beneran, mau belajar karena banyak pr, bukunya juga tidak susah, tidak ada praktek-praktek yang nambah biaya yang P5 itu lho” Timpal Bu Hata yang bibirnya manyun hingga bisa dikucir.

“Kita nyuruh anak baca buku nah pada tidak mau masa kita paksa untuk membaca. Dah susah memang apalagi harus memahami soal-soal. Wis pusing aku!” Keluh Bu Dasa.

“Ibu ibu wah seru banget ngobrolnya, yuk makan dulu rujaknya yang mengundang untuk dihabiskan nih,” ujarku sambil meraih sepotong mangga yang sudah jelas keasamannya. 

“Bu kita ini hidup di jaman serba teknologi dan digital, jaman sudah berubah nah begitupun pendidikan untuk anak. Kalau masih seperti dulu wah anak kita akan tergilas jaman dan tidak kuat bersaing dalam persaingan global. Anak kita di masa depan tak lagi bersaing dengan teman sekelas, sekelurahan atau nasional tapi sudah sedunia.” 

“Program merdeka belajar ini mengacu pada filosofi dari Ki Hajar Dewantara yang pembelajaran berpusat ke anak. Anak itu bebas belajar tak hanya di dalam kelas dan pasif saja tapi bisa juga di taman, di manapun bisa menjadi tempat belajarnya. Bahkan di rumah pun bisa menjadi tempat belajar anak secara tidak langsung. Belajar yang merdeka itu bukan berarti bebas untuk tidak belajar dan merdekanya anak dalam belajar itu dengan bermain dimana anak itu saat bermain tidak pernah main - main.” kuhela nafas sambil melihat ibu ibu karena takut ada yang tidak suka dengan uraianku. 

Ketika kulihat pada antusias mendengarkan jadi kulanjutkan.

“Ibu memberi kemerdekaan anak dengan memberinya gadget tanpa batasan. Anak anak merdeka nih Bu dalam bergawai. Tapi apakah anak - anak menjadi lebih paham dengan apa yang dia baca di gawai? Bandingkan jika ibu ajak anak membaca , ajak anak cerita dari buku yang dibaca, ajak anak eksplor kebisaannya. Ajak anak untuk mengenal apa itu sapu apa itu tempat cuci piring dan apa itu garam. Dari hal kecil itu sudah menjadi pembelajaran yang berharga bagi anak dalam menghadapi pelajaran di sekolahnya lho”. 

"Anak - anak semua naik kelas itu kebijakan sekolah yang pasti juga hasil rapat seluruh guru. Nilai anak tidak hanya dalam hal angka berbalut prestasi akademik tapi juga karakter anak, keaktifan anak di sekolah apakah ikut ektra kurikuler atau aktif berkegiatan di sekolah.  Jika anak suka bolos, di sekolah suka melakukan perundungan kepada temannya ataupun berani kepada guru, kemungkinan anak itu tidak naik kelas kalaupun naik kelas bisa jadi anak tersebut dalam masa percobaan misalnya 3 bulan." 

"Kadang kita yang menjadi orang tua anak kelas 1 ketakutan anaknya belum bisa baca, tulis, hitung tapi di rumah tidak kita bersamai, tidak didampingi, sama sekali tidak di stimulasi motorik dan kognitif nya karena menganggap sudah sekolah maka lepas hak kita mengajari anak. Itulah kesalahan yang sering terjadi ibu-ibu. Kita dampingi anak belajar, tidak banyak kok waktunya misalnya 15-20 menit cukup untuk menstimulasi motorik tangan untuk menulis atau membaca dengan nyaring sambil diskusi dengan anak mengenai buku yang sudah dibaca, bahkan saat kita ajak anak untuk memasak itu sudah belajar matematika."

"Peran kita sebagai orang tua dalam Kurikulum Merdeka ini memang lebih besar Bu, tapi bukankah memang itu sudah menjadi tugas kita sebagai seorang ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak - anaknya." 

Ibu - ibu mulai manggut - manggut.

“Jadi maksudnya merdeka belajar itu bukan anak bebas tidak belajar tho. Misalnya tidak belajar  tetap naik kelas tapi ya tetap anakku bisa jadi tidak paham selamanya ya. Bahkan tidak bisa melalui jalur prestasi saat PPDB. Wah aku mau dampingi anakku belajar ah mulai sekarang. Aku pengen anakku naik kelas tak sekedar naik tapi memang karena dia pantas dan berhak naik kelas.” Kata Bu Karim yang menggendong bayinya disambut anggukan ibu ibu lainnya. 

"Betul Bu."  Jawabku sambil tersenyum.

Kurikulum Merdeka

Banyak sebenarnya orang tua maupun masyarakat yang belum tau mengenai kurikulum merdeka ini karena pemahaman mereka berdasarkan "katanya" dan viralnya berita di media sosial. Keengganan untuk mencari informasi yang benar dari sumbernya menunjukkan literasi yang memang masih harus ditingkatkan lagi


Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah akan tujuan kurikulum merdeka itu yaitu : mewujudkan pembelajaran siswa yang holistik dan kontekstual. Sehingga pembelajaran semakin bermanfaat dan bermakna bagi siswa, bukan hanya sekedar hafal materi saja. 

Jadi ingat bagaimana dulu saat sekolah menghafalkan nama menteri, GBHN, wilayah di Indonesia maupun dunia. Bahkan hafal sampai titik dan komanya 😁. Memang melekat sampai sekarang tapi pada kenyataannya tidak ditanyakan ketika melamar pekerjaan ataupun saat bekerja di ranah publik. Berbeda dengan anakku yang saat ini sekolahnya menerapkan kurikulum merdeka dimana tidak ada menghafal tapi memahami apa yang dia baca, apa yang dia tulis dan lebih kritis dalam penalaran serta berpikirnya.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) 

Dalam kurikulum merdeka ini salah satu karakteristiknya adalah pembelajaran berbasis projek melalui P5. Di kalangan orang tua terdengar desas desus bahwa dengan adanya P5 ini orang tua lebih ribet dan membutuhkan biaya lebih. Nah benarkah demikian? 

P5 atau projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. Dengan menjalankan P5, pendidik diharapkan dapat menemani proses pembelajaran peserta didik untuk dapat menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter luhur sebagaimana yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila. 

Adapun dalam pelaksanaannya P5 ini ada beberapa tema yang bisa dipilih oleh sekolah yaitu :


Berdasarkan tema yang disebutkan dalam gambar tersebut maka untuk anak SD misalnya bisa memilih tema kearifan lokal yaitu mengenalkan kebudayaan daerah dimana sekolah tersebut berada, misalnya cara membuat makanan khas daerah jadi anak pun belajar mengenal peralatan dapur dan cara membaca resep serta mengolah makanan. 

Selain itu tema gaya hidup berkelanjutan bisa dilakukan sesuai jenjang pendidikan misalnya untuk anak SD kelas 1 yaitu bagaimana cara menanam dan merawat tanaman sebagai upaya untuk reboisasi dan mencegah banjir serta penghijauan. 

Jadi tidak harus dengan biaya mahal untuk projek P5 ini. Tapi bagaimana dengan P5 ini anak mempunyai 6 karakter yang harus dimiliki siswa sesuai dengan 6 dimensi profil pelajar Pancasila:

Jadi itulah pentingnya kita itu sebagai seorang ibu atau orang tua untuk terus belajar dan mengenal apa itu program merdeka belajar , kurikulum merdeka dan projek P5 itu sebenarnya karena tak kenal maka tak akan paham. 

Sebagai ibu kita adalah madrasah pertama bagi anak kita, jadi kita pun harus terus belajar dan tidak ketinggalan informasi serta mencari informasi langsung dari sumbernya supaya tidak termakan hoax yang akan merugikan diri dan anak kita.

Jadilah orangtua yang mendampingi anak belajar dengan hati, mendengarkan anak dengan hati dan pemelajar sejati.

Semangat ya ibu - ibu.. semoga bermanfaat (AH)

Referensi: 

Materi PIP batch 15 Sidinacorp.com - Kurikulum Merdeka, Anbk, Literasi Numerasi

https://pusatinformasi.kolaborasi.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/4941568885913-Tentang-Kurikulum-Merdeka 

https://pusatinformasi.kolaborasi.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/8747598052121-Mengenal-Projek-Penguatan-Profil-Pelajar-Pancasila 

https://itjen.kemdikbud.go.id/web/profil-pelajar-pancasila-menggali-makna-manfaat-dan-implementasinya/










 

0 komentar